Teks berjalan dari kanan ke kiri

Sabtu, 22 Oktober 2011

Galaksi Terjauh dan Tertua Terekam Teleskop

Galaksi terjauh da tertua terekan teleskop Hubble dan Spitzer.
Rabu, 13 Februari 2008 | 15:30 WIB WASHINGTON, SELASA – Teleskop ruang angkasa Hubble dan teleskop Spitzer kembali memecahkan rekor dengan merekam galaksi tertua dan terjauh di alam semesta. Galaksi tersebut diperkirakan terbentuk sejak 13 miliar tahun lalu.
Galaksi yang diberi nama A1689-zD1 terbentuk saat alam semesta baru berusia sekitar 700 juta tahun. Ia termasuk di antara galaksi-galaksi yang pertama kali terbentuk. Bentuknya berbeda sekali dengan galaksi Bimasakti. “Ukurannya lebih kecil. Ia tipis. Ia memiliki dua pusat bukan satu dan memiliki formasi bintang-bintang yang ekstrim,” kata Holland Ford, profesor astronomi dari Johns Hopkins University, AS, seperti dilansir AP, Selasa (12/2).
Untuk melihat objek sejauh itu, para astronom menggunakan trik yang disebut lensa galaksi. Sekelompok galaksi yang lebih dekat dengan Bumi membentuk lensa yang memperkuat daya pandang teleskop.
Gaya gravitasi yang kuat di sekitar kluster galaksi akan membelokkan cahaya yang datang dari belakangnya sehingga menimulkan efek pembesaran jika objek dilihat dari Bumi. Dalam pengamatan kali ini, galaksi tertua terlihat 10 kali lebih dekat dengan efek tersebut.    Meski hanya dalam gambar hitam putih dan buram, rekaman ini merupakan foto paling jelas untuk melihat objek sejauh itu. Dengan teleskop lebih canggih, termasuk penerus Hubble yang akan diluncurkan pada 2013, objek-objek seperti ini akan menarik untuk dipelajari

Astronom Temukan Galaksi Purba Tersembunyi di Luar Angkasa

E-mail Cetak PDF
MILTON KEYNES (Berita SuaraMedia)  - Astronom dan kosmolog dari The Open University di Milton Keynes, Inggris berhasil mendeteksi galaksi purba. Ia melakukan hal itu dengan menggunakan efek yang ditimbulkan oleh distorsi ruang dan waktu yang berada di jarak yang sangat jauh antara bumi dan galaksi tersebut.

Menurut astronom tersebut, Mattia Negrello, sebelumnya galaksi ini tersembunyi di balik debu-debu ruang angkasa. Penemuan galaksi yang sangat jauh tersebut berpotensi menyingkap bagaimana proses terbentuknya alam semesta dan galaksi awal.

Dia menjelaskan, galaksi jarak jauh umumnya sulit dilihat. Akan tetapi galaksi yang cahaya redupnya terselubung debu luar angkasa lebih sulit lagi dideteksi, bahkan meski menggunakan teleskop terbesar yang ada saat ini. Namun, para stronom berhasil mendongkrak efektivitas teleskop mereka dengan mengandalkan lensa dan galaksi yang ada di antara astronom dengan objek yang ingin mereka lihat.

Daya tarik gravitasi dari objek yang berada di tengah-tengah antara peneliti dan obyek yang diamati dapat mengganggu ruang dan waktu, efek ini mampu membelokkan cahaya.
Efek yang disebut dengan ‘gravitational lensing’ inilah yang dapat meningkatkan kemampuan pengelihatan terhadap galaksi yang sangat jauh, atau setidaknya memungkinkan peneliti menangkap beberapa gambar seputar galaksi tersebut.
Umumnya, menemukan gravitational lense juga sangat memakan waktu. Saat ini, menggunakan data dari teleskop luar angkasa Herschel, galaksi bisa dideteksi dengan mudah menggunakan cahaya berpanjang gelombang sub milimeter jika mengamati langit dengan berukuran luas yang cukup.

Objek yang dilihat dari jarak sub milimeter umumnya diperkirakan merupakan galaksi berdebu, berada pada jarak yang jauh dan mengalami ledakan kuat dari terbentuknya bintang. Aktivtas intens ini menghasilkan debu yang mengaburkan mereka. Pada posisi langit tertentu, peneliti menemukan lima lensa gravitasi baru, galaksi berdebu yang membentuk bintang.

“Saya memperkirakan sekitar empat sampai enam buah galaksi terdeteksi pada data yang kami kumpulkan setahun lalu,” kata Mattia Negrello, seperti diberitakan dari Space.

“Data tersebut mewakili sekitar 3 persen dari seluruh area yang akan dipetakan oleh Herchel di dalam H-ATLAS (Herschel Astrophysical Terahertz Large Area Survey).” Kata Negrello. “Sangat menggembirakan saat diketahui bahwa sebenarnya ada 5 buah,” ucapnya.

Metode yang digunakan peneliti kali ini lebih sederhana dibandingkan teknik sebelumnya. Mereka mengamati langit untuk mencari radiasi berukuran sub milimeter, mengidentifikasi objek yang paling terang dan menghilangkan beberapa kontaminan seperti galaksi lain yang ada di dekatnya. Semua yang tersisa kemudian diketahui sebagai galaksi yang membentuk bintang. “Ini merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pemunculan gravitational lensing,” ucap Negrello.

Menurut Negrello, lima buah galaksi yang ditemukan diibaratkan hanya merupakan puncak dari gunung es. “Kami berharap dapat menemukan lebih dari 100 lagi dalam H-ATLAS penuh nantinya,” ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar